Sabtu, 22 Oktober 2011

Seorang odipus

Dia tidak menentang norma juga tidak bisa dikatakan mengidap suatu penyakit atau kelainan. Memang masih dianggap sebelah mata dan seperti sesuatu yang tidak lazim bahkan ada yang mengira mempunyai motif tersendiri. Sesuatu yang janggal karna tidak seperti kebanyakan orang. Ya...itu lah si odipus complex. Hal ini terjadi pada adik sepupuku. Sebut saja dia dengan panggilan ujzo. Sebelumnya dia tidak menyadari betul apa yang dia rasakan selama masa-masa percintaannya dengan banyak wanita. Aku nggak tau apa dia tipikal yang cepet bosen atau setiap hubungan dia maknai dengan apa? Namun demikian aku tau beberapa kisah cintanya dengan beberapa wanita yang ternyata setelah aku cermati dia lebih nyaman dengan wanita yang lebih tua darinya.
Kalau dilihat dari riwayat hidupnya yang memang semenjak dia menginjak masa puber dahulu, dia sudah mersakan jauh dari kasih sayang ibunya. Bukan ditinggal pergi jauh atau meninggalkan dia untuk selamanya, melainkan dia sekolah di pondok pesantren. Memang bukan menjadi satu2nya faktor yang kebetulan atau penentu kalao dia pada akhirnya menjadi seorang odipus, namun kenyataannya itulah yang dia rasakan. Setelah lulus dari pondok pesantren dan akhirnya dia kuliah,, dari sinilah awal kisah cintanya yang penuh dengan keunikan. Dari yang deket sama dosen perempuan, ibu kantin, anak kampus dari universitas lain dan semuanya itu kebanyakan usianya lebih tua darinya.
Udjo lahir di tahun 87, dia orangnya cukup banyak tau tentang bagaimana wanita mulai dari yang muda sampai tua. Saat aku jalan dan ngobrol barenga dia banyak hal yang dia tau bahkan aku yang notabene perempuan belum tentu tau. Aku kira semua hal2 yang dia tau dia dapat dari caranya mengamati orang dan banyak baca buku tentang perempuan. Kompleks Oedipus (Oedipus complex) dalam aliran psikoanalisis Sigmund Freud merujuk pada suatu tahapan perkembangan psikoseksualdi masa anak-anak saat anak dari kedua jenis kelamin menganggap ayah mereka sebagai musuh dan saingan dalam meraih cinta secara eksklusif dari ibunya. Nama ini diambil dari mitos Yunani tentang Oedipus, yang tanpa diketahui membunuh ayahnya, Laius, dan menikahi ibunya, Jocasta.
Pada masa selanjutnya, Freud sedikit mengubah pandangannya dengan mengatakan bahwa untuk anak laki-laki sudah ada sejarah identifikasi dengan ayahnya, yang tidak menyertakan persaingan dengannya. Lebih jauh, untuk anak perempuan Freud beranggapan bahwa hubungan dengan ibunya sebagai sangat penting untuk memahami perkembangan psikoseksualnya, yang mempengaruhinya dalam memasuki kompleks oedipus.
Menurut A. Kasandra, psikolog, kecenderungan pria yang jatuh cinta kepada wanita yang lebih tua darinya, terobsesi karakter ibunya. Kemungkinan sejak kecil si pria tersebut memiliki kedekatan secara emosional terhadap figur seorang ibu. Sehingga, secara tak langsung, alam bawah sadarnya merekam memori kasih sayang yang selama ini diberikan sang bunda.

Kadang aku sering tertawa sendiri mengingat wajahnya yang angat mirip dengan bapaknya namun ketika aku ledekin dia kalo mirip bapaknya pasti dia marah dan nggak mau... aku akuin dia memang lebih punya kesan dengan kasih sayang ibunya. Bukan karna bapaknya kejam atau jahat tapi selama yang aku tau dia sering protes dengan nama yang diberikan bapakanya pada dia. Tapi mungkin dalam dirinya juga pernah terjadi pemberontakan dengan keadaannya sekarang yang menurutku lebih kepada serba terbatas, baik secara materi ataupun perhatian. Karna pada akhirnya sekarang dia benar-benar harus bisa survaive dengan dirinya sendiri di jogja. Maka wajar kalo dia menjadi seorang odipus complex...